Rumah Adat Hasan Maulani
Rumah adat ini merupakan rumah yang pernah ditinggali oleh Hasan Maulani. Tokoh ini hidup sezaman dengan Pangeran Diponegoro sekitar abad ke-19. beliau berasal dari Cirebon. Beliau merupakan tokoh yang penting dalam peng-Islaman di daerah ini dan juga merupakan tokoh yang anti-kolonial. Beliau menetap di daerah ini dan menyebarkan agama Islam dengan membuka pesantren sebagai salah satu strateginya. Sikapnya yang antikolonial Belanda mengakibatkan beliau ditangkap dan selanjutnya menjalani pengasingan hingga meninggal dan dimakamkan di daerah Manado, Sulawesi Utara.
Rumah beliau sampai sekarang masih dipertahankan keberadaannya meskipun telah mengalami pemugaran. Pemugaran yang wajar dilaksanakan mengingat usia rumah yang mencapai dua abad tersebut dibuat dari bahan bambu dan kayu sehingga mudah lapuk. Rumah Hasan Maulani merupakan rumah panggung dengan 16 tiang penyangga. Tiang-tiang penyangga tersebut semula terbuat dari kayu, dan sekarang telah diganti dengan konstruksi bata berspesi semen. Rumah berukuran sekiatr 15 x 15 m, menghadap ke utara. Pintu terdapat di dinding bagian muka rumah. Pintu tidak dilengkapi dengan tangga. Untuk keluar masuk rumah tedapat batu tegak di depan pintu. Rumah dibagi menjadi dua ruang, yaitu ruang depan dan ruang dalam yang dipisahkan dengan dinding penyekat. Dinding penyekat dilengkapi dengan pintu. Lantai dan dinding rumah dibuat dari bambu, sedangkan atap bangunan rumah dibuat dari bata. Keaslian bentuk rumah ini agak terganggu dengan adanya penambahan ruang. Penambhan ruang yang diumaksud berupa bangunan berdinding permanen yang dilengjkapi dengan jendela kaca.
Selain bangunan rumah tinggal, di lokasi ini terdapat tinggalan Hasan Maulani berupa keris, tongkat, terompah, dan kitab berhuruf Arab Pegon tulisan tangan beliau. Kitab tulisan tangan, ditulis oleh Hasan Maulani di pengasingan.
Lokasi: Kampung Wage, Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi
Koordinat : 6º59’22” S, 108º30’48 E
HTM : FREE
Muhammad Fahmi Ibrahim
2016120002
Komentar
Posting Komentar